Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 9)
Baca pembahasan sebelumnya Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 8)
Ke sepuluh: Senantiasa mengingat akhirat dan kondisi manusia ketika berdiri di hadapan Allah Ta’ala
Termasuk perkara penting berikutnya agar kita bisa menjadi pembuka pintu kebaikan adalah senantiasa mengingat akhirat, mengingat berdirinya kita kelak di hadapan Allah Ta’ala untuk mendapatkan balasan apa yang telah kita perbuat selama di dunia. Kita senantiasa mengingat bahwa surga yang Allah Ta’ala janjikan memiliki delapan pintu, sedangkan neraka yang kita berlindung darinya memiliki tujuh pintu.
Allah Ta’ala berfirman di akhir surat Az-Zumar,
وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, ‘Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?’ Mereka menjawab, ‘Benar (telah datang)’. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.
قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
Dikatakan (kepada mereka), ‘Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya.’ Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.’
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Dan mereka mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki. Maka surga Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.’” (QS. Az-Zumar [39]: 71-74)
Surga memiliki pintu dan pintu surga memiliki kunci-kunci pembukanya. Demikian pula neraka. Neraka memiliki pintu dan pintu neraka memiliki kunci-kunci pembukanya. Akan tetapi, kunci pembuka surga dan neraka adalah amal yang dilakukan oleh manusia ketika berada di dunia. Karena negeri akhirat adalah negeri perhitungan dan pembalasan, bukan negeri untuk beramal.
Baca juga: Lima Kiat untuk Istiqamah dalam Beramal
Pintu surga adalah tauhid, shalat, puasa, taat kepada Allah Ta’ala, dan melaksanakan perintah-Nya. Sedangkan pintu neraka adalah berbuat syirik kepada Allah Ta’ala, kufur kepada-Nya, serta berbuat dosa dan maksiat. Orang-orang yang berbuat kemusyrikan dan kekafiran, belum bertaubat ketika meninggal dunia, maka akan dibukakan pintu neraka untuknya dan mereka pun kekal di dalamnya. Adapun perbuatan dosa dan maksiat yang levelnya di bawah kemusyrikan dan kekafiran, akan dibukakan pintu neraka untuknya untuk diadzab sesuai kadar dosanya, namun tidak kekal di dalamnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ نُودِىَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ ، هَذَا خَيْرٌ . فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Orang yang termasuk golongan ahli shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad, akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa, akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah, akan dipanggil dari pintu sedekah.”
Ketika mendengar hadits ini, Abu Bakar pun bertanya,
فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ – رضى الله عنه – بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا عَلَى مَنْ دُعِىَ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ ، فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ كُلِّهَا
“Ayah dan ibuku sebagai penebus Anda, wahai Rasulullah. Kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab,
نَعَمْ . وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ
“Iya, ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari no. 1897, 3666 dan Muslim no. 1027)
Oleh karena itu, penjagaan manusia terhadap amal-amal tersebut ketika berada di dunia, akan menjadi kunci-kunci pembuka pintu surga.
Demikian pula ketika manusia mengajak orang lain menuju kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدَّالَّ عَلَى الخَيْرِ كَفَاعِلِهِ
“Sesungguhnya orang yang menunjukkan kebaikan, itu seperti pelakunya.” (HR. Tirmidzi no. 2670 dan dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1660)
Ini adalah sebuah keutamaan yang sangat besar dari Allah Ta’ala. Ketika kita menunjukkan orang lain kepada kebaikan dan orang lain itu melakukannya, maka akan dicatat pahala yang sama untuk kita sebagaimana pahala yang didapatkan oleh pelakunya. Dengan demikian, diangkatlah derajat kita di surga yang penuh dengan kenikmatan.
Ke sebelas: Senantiasa bergaul dan bersahabat dengan orang-orang shalih
Dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ، وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ، كَحَامِلِ الْمِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak wangi atau Engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalaupun tidak, Engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) akan mengenai (membakar) pakaianmu. Dan kalaupun tidak, Engkau tetap mendapatkan bau asap yang tidak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Jadi siapa saja yang ingin menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan, hendaklah dia bersabar untuk senantiasa dan menyertai orang-orang shalih, yaitu orang-orang yang hari-harinya dipenuhi dengan ketaatan terhadap Allah Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi [18]: 28)
Dan sebaliknya, waspadalah dari berteman dengan orang-orang yang buruk, karena di hari akhir nanti, semuanya akan menjadi sebab penyesalan, dan tidaklah bermanfaat penyesalan ketika itu. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا؛ يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا؛ لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.’ Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan [25]: 27-29)
[Bersambung]
Baca Juga:
- Membicarakan Keburukan Penguasa, Apakah termasuk Ghibah?
- Lebih Baik Tidak Minta Didoakan ketika Memberi Sedekah
***
@Sint-Jobskade 718 NL, 14 Syawwal 1439/ 28 Juni 2018
Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya,
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.Or.Id
Referensi:
Disarikan dari kitab Kaifa takuunu miftaahan lil khair karya Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr, hal. 45-50.
🔍 Rejeki Atau Rezeki, Kunci Ilmu Gaib, Pengertian Bid`ah Dan Contohnya, Manhaj Salaf Pdf, Suara Islam News
Artikel asli: https://muslim.or.id/42940-apakah-engkau-ingin-menjadi-pembuka-pintu-pintu-kebaikan-bag-9.html